Etika Kristen Sebagai Garam Dan Terang Dunia


MAKALAH
AGAMA KRISTEN




GARAM DAN TERANG

NAMA                  :              PALIS KOGOYA II
JURUSAN             :              TEKNIK
INFORMATIKA
NIM                      :              20164200
10

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah - Nya bagi kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa juga kami jugamengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses penyelesaianmakalah ini.
Makalah ini kami susun sebagai bahan pembelajaran untuk memenuhi mata kuliah Agama.Dalam makalah ini kami membahas mengenai masyarakat dari sudut pandang Kristiani, antara lain pengertian mengenai masyarakat,persoalan-persoalan dalam masyarakat berikut peran sertamasyarakat Kristen dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dalam masyarakat dan kegiatankegiatnan yang dapat mendorong terwujudnya masyarakat yang beradab dan sejahtera.
        Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mohon saran dankritik yang membangun dari pembaca sebagai masukan bagi kami.
Sekiranya makalah ini dapat menambah wawasan dan memberi mamfaat bagi pembaca.






Surabaya,  8 Oktober 2016


BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Penulisan makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa Pendidikan Agama Kristen dapat memahami dan menghayati pengertian etika yang berhubungan dengan moralitas, dan etika Kristen. Melalui pemahaman dan penghayatan tersebut diharapakan mahasiswa dapat berperilaku sesuai dengan norma-norma yang sesuai dengan ajaran Kristen.
                                                           
Makna  moral  /  etika   Kristiani  sangat  penting  bagi  kehidupan orang  Kristen.  Manusia  sebagai ciptaan  Allah  berimplikasi pada  eratnya hubungan antara Iman dan Perilaku  manusia dalam rangka tanggung jawab  pada Pencipta. Etika Kristen sebagai ilmu mempunyai fungsi dan  misi  yang khusus  dalam hidup  manusia yakni sebagai “Garam dan Terang” petunjuk  dan penuntun  tentang  bagaimana manusia sebagai pribadi dan kelompok harus mengambil keputusan tentang apa yang seharusnya  berdasarkan kehendak  dan Firman Tuhan.
Etika Kristen adalah Ilmu yang meneliti, menilai dan  mengatur
tabiat  dan  tingkah   laku  manusia  dengan  memakai  norma kehendak  dan perintah  Allah sebagaimana  dinyatakan  dalam Yesus  Kristus



1.2      Rumusan masalah
         
          Pada zaman sekarang banyak manusia yang telah jauh dengan Tuhan,  telah hidup tidak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus, dan hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus .


1.3     Tujuan :

1.    Memberikan  arahan bagaimana menjadi Garam Dan Terang di tengah masyarakat 

2.    Menjelaskan bagaimana pentingnya  menjaga hubungan dengan masyarakat

3.    Menjadikan kita sebagai orang Kristen yang memiliki pribadi serupa dengan Tuhan Yesus Kristus.

4.    Mengajarkan untuk menjadi  orang Kristen yang dapat menjaga kesucian diri



 BAB II
HUBUNGAN DENGAN SESAMA

2.1     GAMBARAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
Hubungan dengan sesam makhluk hidup Mencerminkan Hubunganmu dengan Tuhan. Sehingga jika Hubungan kita dengan Tuhan kuat maka Hubungan kita dengan sesama makhluk hidup akan terjalin dengan baik.

(Yohanes 17:20-23)
Ayt. 20        Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;

Ayt. 21        Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Ayt. 22        Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:

Ayt. 23        Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku..

2.2     HUBUNGAN YANG SESUAI DENGAN KEHENDAK TUHAN
Kedamaian pada umat-nya, merupakan salah satu rencana yang di inginkan Tuhan Yesus dari kita anak-anaknya. Kedamaian ini akan terwujud jika hubungan-hubungan diperkuat.
          Betapa pentingnya HUBUNGAN & KEDAMAIAN ini terjalin dengan baik . sehingga akan membawa dampak yang sangat indah pada kehidupan ini.
2.3     HUBUNGAN KITA DENGAN TUHAN
SEHARUSNYA MEMPERKUAT HUBUNGAN KITA DENGAN SESAMA.
           Hubungan kita dengan sesama manusia selalu ada hubungannya dengan hubungan kita dengan Tuhan Yesus.
Bukti jika hubungan kita baik dengan Tuhan dapat dilihat dari bagaimana hubungan kita dengan sesama kita. Hubungan yang tidak baik dengan sesama dapat diakibatkan dari hubungan dengan Tuhan Yesus yang tidak baik juga. Jika hubungan kita dengan Tuhan Yesus baik, maka kita dengan mudah dapat mejalin hubungan yang baik dengan sesama kita.

          Dapat di buktikan jika hubungan kita dengan Tuhan Yesus baik, maka hubungan kita dengan sesama akan terjalin dengan baik juga. Dan begitu juga jika hubungan kita dengan ssesama terjalin dengan baik maka jangan pernah melupakan hubungan kita dengan Tuhan Yesus.
Beberapa contoh hubungan yang baik dan yang buruk  antara pergaulan kita dengan lingkungan kita, jika kita tidak dekat dengan Tuhan maka kita akan bergumbul dengan orang-orang yang salah. Yang dapat menyesat-kan kita dan membuat kita hidup dalam dosa .
Dan hubungan kita dengan keluarga yang baik  merupakan salah satu bukti dari kondisi hubungan keluarga yang baik dengan Tuhan Yesus. Tetapi jika hubungan antar anggota keluarga kurang baik; seperti komunikasi antara orang tua dengan anak / suami dengan istri / kakak dengan adhik, yang selalu ada pertengkaran dalam keluarga, maka dapat di pastikan hubungan keluarga dengan Tuhan Yesus juga kurang baik.

2.4     KERENDAHAN HATI, KELEMBUTAN, &    KEBAIKAN
# (EFESUS 3:1-5) RAHASIA PANGGILAN ORANG-ORANG BUKAN YAHUDI
Ayt. 1          itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang di penjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah
Ayt. 2          memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang di percayakan kepadaku karena kamu,
Ayt. 3          yaitu bagaiamana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat.
Ayt. 4          Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertian ku terhadap kristus,
Ayt. 5          yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak di beritakan kepada anak-anak manusia,tetapi yang sekarang dinyatakakn di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabinya yang kudus,

Tuhan sangat mengasihi anak-anaknya, oleh sebab itu rahasinya dinyatakan kepada Paulus dengan wahyu agar kamu dapat mengetahui dari padanya pengetian Paulus akan rahasia Kristus.


 #(1 PETRUS 3:8-12) KASIH & DAMAI
Ayt. 8          Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekatta, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang, dan rendah hati,
Ayt. 9          dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci makian dengan caci maki, tapi sebaliknya, hendaknya kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab :
Ayt. 10        siapa yang mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus enjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.
Ayt. 11        Ia harus menjauhi yang  jahat dan  melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.
Ayt. 12        Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan  telinga-Nya kepada permohonan  mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.”
         
Maka berbuatlah baik dan saling tolong menolong  kepada sesama mu karena Tuhan sangat peduli kepada orang-orang yang baik  dan benar. Dan Tuhan sangat murka dengan orsng ysng berbuat jahat.

2.5          KASIH ADALAH DASAR DARI SEGALA HUBUNGAN
          Janganlah kamu menyimpan luka hati  terhadap beberapa anggota Gereja / pelayanan, karena itu mencerminkan orang Kristen yang memiliki hubungan dengan Tuhan yang tidak baik.
Hubungan seseorang dengan sesama pelayan Tuhan merupakan salah satu indicator hubungannya dengan Tuhan. Sehingga janganlah kamu mudah melempar kesalahan kepada orang lain, tetapi  cobalah  meluangkan waktu untuk mengintropeksi diri bahwa hubungan  kita dengan sesama adalah indicator hubungan kita dengan Tuhan.
          Tuhan menghendaki agar kita mengasihi sesama kita, meskipun orang yang kejam dan yang telah menyakiti hati kita.
(KOLOSE 3 : 22-24)
Ayt. 22        Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan
Ayt. 23        Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimuseperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Ayt. 24        Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya
( KOLOSE 4 : 1)
Ayt. 1          Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunya tuan di sorga.

2.6     HUBUNGAN BAIK DENGAN SESAMA MERUPAKAN SALAH SATU BUKTI BAHWA KITA MEMILIKI HUBUNGAN YANG INTIM DENGAN TUHAN

(MATIUS 22 : 37 & 39)
Ayt. 37        Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”
Ayt. 39        Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Kedua ayat  di atas merupakan hukum yang pertama dan yang terutama. Dan kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. . Allah adalah Roh perdamaian kita dengan Tuhan dan hal ini terjadi di dalam alam Roh. Namun segala sesuatu yang terjadi di dalam alam Roh haruslah dibuktikan/dinyatakan dalam alam nyata.


Oleh Karena hubungan perdamain yang terjain dengan Tuhan haruslah dibuktikan, dilakukan / dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan yang telah Tuhan ajarkan sebarkanlah kepada semua orang dan terapkan juga dalam kehidupan mu sehari-hari.
Jika ada orang yang mengaku hubungann dengan Tuhan terjalin dengan baik & intim, maka dapat dilihat dari hubungannya dengan sesamanya . Bila hubungannya dengan sesama tidak baik, tapi mengaku hubungannya dengan Tuhan terjalin sangat baik & intim, maka hubungan dengan Tuhan perlu di pertanyakan & akan sia-sia karna ternyata sikap rohani yang tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


2.7      MANUSIA DI CIPTAKAN SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Salah satu bukti kerendahan hati adalah dengan kita mengakui bahwa kita juga membutuhkan orang lain, dan kita tidak boleh mementingkan ego kita dari pada orang lain dan kesombongan kita sendiri.
Karena dasar hubungan kia dengan sesama merupakan bukti dasar hubungan kita dengan  Tuhan.
          Oleh sebab itu kita sebagai makhluh sosial tidak dapat hidup dalam pertikaian. Dan kita pasti tidak akan dapat hidup damai dengan perasaan benci dan dendam dalam hati kita.
          Karena Kasih Tuhan akan selalu mendorong kita untuk membina hubungan yang damai sejahtera dengan sesama. Sebab dengan demikian maka kita akan memperoleh berkat Tuhan dalam kehidupan kita.
          Tuhan Yesus Kristus telah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Oleh sebab itu kita sebagai manusia tidak dapat hidup hidup tanpa orang lain.

2.8     KETIDAK-BERESAN HUBUNGAN KITA DENGAN SESAMA KITA AKAN MEMPENGARUHI KEHIDUPAN MEZBAH ATAU HUBUNGAN KITA DENGAN TUHAN.
Tuhan berkata di dalam Matius 5:23-24 bahwa jika seseorang ingin mempersembahkan korban/ibadah kepada Tuhan tetapi teringat akan salah satu saudaranya yang terluka hati karena dia, maka ia harus meninggalkan dahulu mezbah itu dan pergilah berdamai dengan sesamanya, setelah itu barulah kemudian ia kembali untuk mempersembahkan korban ibadah kepada Tuhan.
         
Ini adalah hal yang sangat penting bahwa hubungan yang beres dengan sesama adalah akses untuk beribadah kepada Tuhan. Setelah kita memperbaiki hubungan dengan sesama (berdamai) maka kita mempunyai akses yang besar untuk menghadap Tuhan dan apa saja yang kita persembahkan akan berkenan kepadaNya.
Ada beberapa orang yang menganggap remeh mengenai pemberesan hubungan dengan sesama. Namun bagi Tuhan, hubungan dengan sesama adalah hal yang sangat penting. Itulah sebabnya Tuhan mensejajarkan “hubungan antar sesama” dengan “hubungan kita dengan Tuhan”.
Tuhan tidak akan mencari orang yang sempurna, karena tidak ada manusia yang sempurna; tetapi Tuhan mencari manusia yang mau menyerah kan diri kepada Tuhan untuk di bentuk menjadi manusia yang sempurna.
Orang yang tidak membutuhkan orang lain, akan mengalami 10 bahaya, yaitu :
1.         Kesombongan
2.         Merasa dirinya sempurna
3.         Merasa dirinya paling benar, sehingga tidak mau
     mendengarkan nasehat
4.         Mau menang sendiri / egois
5.         Jauh dari Tuhan
6.         Otoriter
7.         Menyangkal kebenaran
8.         Kesepian
9.         Mengalami kesusahan
10.Akan mengalami keterpurukan


2.9      PENGAMPUNAN & PENGAMPUNAN DOSA
          Sebagai anak Tuhan kita harus saling mengampunin kesalahan sesama kita, karena Tuhan selalu mengajarkan kita untuk saling mengapuni, dan itu merupakan salah satu syarat untuk membuat kehidupan  ini damai sejahtera.
# (EFESUS 4:32)
Ayt. 32        Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesrah dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu
#(YAKOBUS 5:16)
Ayt. 16        Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

2.10   MENEGUHKAN ORANG LAIN
Gunakan tubuh mu untuk memuliakan nama Tuhan agar hidupmu damai sejahtera sehingga tidak sia-sia hidupmu

#(EFESUS 4:29)
Ayt. 29        Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.



#(1 TESALONIKA 5:11)
Ayt. 11        Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.

#(ROMA 14:19)
Ayt. 19        Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.

2.11             NASEHAT PAULUS BAGI SETIAP ORANG
#(EFESUS 4 : 1-3)         
Kesatuan Jemaat & Karunia yang Berbeda-beda
Ayt. 1          Sebab itu aku menasehatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah di panggil berpadanan dengan panggilan itu.
Ayt. 2          Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukanlah kasihmu dalam hal saling membantu.
Ayt. 3          Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
Ayt. 4          satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,


Oleh sebab itu beritakan kebesaran Tuhan Yesus kepada semua orang dan jadilah garam dan terang di tengah masyarakat, karena kamu merupakan harapan Tuhan untuk memberitakan kebesarannya
BABIII
SERUPA DENGAN KRISTUS
3.1 CARA UNTUK SERUPA DENGAN KRISTUS
(EFESU 4: 24)
Ayt. 24        dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya
Sejak awal rencana Allah yaitu menjadikan kita serupa dengan anak-nya yaitu Yesus.
(KEJADIAN 1 : 26)
 Ayt. 26       “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung diudara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap dibumi.
         
Dari semua ciptaan, hanya manusia yang diciptakan “menurut gambar Allah”. Seperti Allah, kita adalah mahkluk-mahkluk roh, yaitu roh kita kekal dan akan hidup lebih lama daripada tubuh jasmani kita. Kita sebagai manusia telah di anugrahi kesadaran moral oleh Tuhan, yaitu kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, yang membuat kita untuk bertanggung jawab kepada Tuhan. Alkitab mengajarkan bahwa semua orang memiliki sebagian dari gambar Allah. Tetapi gambar tersebut tidak lengkap dan telah rusak oleh dosa.
          oleh karena itu Allah mengutus anaknya yaitu Yesus dengan suatu misi untuk memulihkan gambar Allah yang telah hilang dari kita manusia yang telah melupakan Tuhan. Karena Allah ingin anak-anaknya memiliki gambar dan rupa Allah. Dan  sebagai makhluk ciptaan Tuhan  kita tidak akan pernah bisa menjadi Sang Pencipta. Karena Allah tidak inggin kita menjadi Allah, tetapi Allah menginginkan kita seperti Allah; yaitu mengambil nilai-nilai, sikap, dan karakter-Nya.
         
 3.2    MENCEGAH KEBUSUKAN.
Seseorang pernah mengatakan bahwa garam harus senantiasa dibawa ke atas meja makan untuk mengingatkan kita fungsi kita sebagai garam.
Garam itu menjaga, melindungi apa yang dia temui, sehingga ketika meihat garam kita bia ingat fungsi kita sebagai garam dunia. Alkitab menceritakan bagaimana keadaan dunia ini yang begitu mengalami kebusukan, kekacauan yang tidak terkendali karena dosa mereka. Di dalam kejahatan dan immoralitas, dunia semakin lama semakin terpuruk. Di dalam Alkitab dikisahkan:
o       Zaman Nuh: manusia semakin hidup di dalam kerusakan(Kej. 6:11-12)
Ayt. 11       
Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.
Ayt. 12        Allah memiliki bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia manjalankan hidup yang rusak di bumi.

o       Zaman Daud: Tuhan melihat ke dunia dan orang dunia tidak ada yang benar (Maz. 14:2-3)
Ayt. 2         
TUHAN memandang kebawah dari surga kepada anak-anak mannusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah .
Ayt. 3          Mereka semua telah menyeleweng, sermuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak.

o       Zaman Yesaya: mausia sakit rohani, tidak ada yang sehat (YESAYA 1:5-6).
Ayt. 5         
Dimana lagi kamu mau di pukul lagi, kamu yang bertambah murtad? Seluruh kapala sakit dan seluruh hati lemah lesu.
Ayt. 6          Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak di pijat dan tidak dibalut dan tidak di taruh minyak.

o       Zaman para rasul: orang yang tidak percaya hidup di dalam dosa-dosa (TITUS 3:2-3).
Ayt. 2          Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang.
Ayt. 3          Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan : tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keininginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, dan saling membenci.
Alkitab memperlihatkan secara jelas bagaimana keadaan dunia yang busuk dan rusak karena dosa-dosa mereka.
Karena itulah orang Kristen dipanggil untuk menjadi garam. Fungsi garam yang penting adalah mencegah PEMBUSUKAN. Demikian juga orang Kristen memiliki fungsi untuk mencegah kebusukan/ kerusakan moralitas dunia. Untuk mencegah kebusukan dunia ini, Tuhan memanggil murid-murid-Nya hadir di dalam dunia.
Jikalau garam itu sudah tidak asin lagi, maka garam itu otomatis juga akan kehilangan fungsinya. Jadi, tidak berguna lagi dan dibuang saja. Tidak ada gunanya untuk dipelihara. Sudah berkali-kali kita mendengar perihal gereja-gereja yang di Asia kecil, yang Tuhan campakkan karena mereka tidak menjadi garam dunia lagi. Mereka bahkan hidup menurut kehidupan dunia yang rusak, hidup kompromi, lalu Tuhan membuang mereka.
(Matius 5 : 13) , “ Kamu adalah GARAM DUNIA . Jika garam itu MENJADI TAWAR , dengan apakah diasinkan ? tidak ada lagi gunanya selain DIBUANG  dan DIINJAK ORANG  . “

          Ajaran Tuhan Yesus diatas bukit ini , Menjelaskan fungsi hidup sebagai anak Tuhan adalah ;  Menjadi GARAMtentunya ketika Tuhan memerintahkan untuk menjadi Garam , Sesungguhnya POTENSI itu sudah ada didalam hidup orang percaya !
 
          Ajaran Tuhan ini juga memberikan pujian dan penghargaan bagi SETIAP ORANG PERCAYA ( Kristen ) atau setiap manusia yang mau menyatakan fungsinya , peranannya.

 # seperti GARAM ;
•   Putih , indah ,  Hidup bisa mewarnai lingkungan yang dulunya putus asa menjadi berpengharapan, ( termasuk mereka yang mengupayakan tanah yang gersang menjadi hijau )

•   Mencegah kebusukan , ( antiseptik ) Dulunya lingkungannya menakutkan menjadi indah elok ( dulunya sarang preman dan pemabuk menjadi normal dan aman dan sejahtera ) 
•   Membuat masakan tawar jadi enak , Tuhan mengingatkan peranan kita sebagai anak-anakNya sebagai GARAM ditengah dunia yang tawar jadi menggairahkan .

Sebagai orang Kristen kita harus memeranginya dan memberi contoh Norma-Norma hidup menurut standart Tuhan ini kepada dunia agar kehancuran moral didunia bisa dicegah karena keberadaan orang Kristen yang mau menjadi garam dunia ! dan menjaga dirinya tidak dicemarkan oleh dunia


( Yakobus 1 : 27)
“Ibadah yang murni dan yang yangtak bercacat di hadapan Allah,Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia”  Artinya orang Kristen harus dipulihkan lebih dulu gambar diri sebagai anak Tuhan supaya bisa memulihkan masyarakat dimana kita berada !
3.3               Apakah yang dimaksud hidup harus jadi terang dunia ?
1.   Terang itu harus dilihat dan memberi dampak positif bagi orang yang ada disekitarnya
Kekristenan adalah sesuatu yang bisa DILIHAT atau seseorang yang menjadi pengikut KRISTUS tidak ada yang disembunyikan , Jadi menjadi pengikut Kristus tidak bisa dengan sembunyi-sembunyi . Menjadi orang Kristen menghancurkan ketersembunyian dirinya atau ketersembunyian ( menutup diri ) menghancurkan kekristenannya ! 

Kalau kita menjadi orang Kristen kita harus bisa dilihat , dinyatakan kepada dunia , luar dan dalam hidup sama karena ROH dan KASIH KRISTUS , yang ada didalam hidupnya mengubahkan hidupnya yang lama menjadi baru !
          Kekristenan tidak bisa dilihat hanya didalam Gereja dengan segala kegiatan , pelayanan dan aktifitasnya , tetapi harus bisa di pertontonkan kepada dunia . Dalam perkataan , perbuatan dan tindakan , dalam bergaul , hubungan dengan atasan , bawahan nampak atau tidak terang kehidupan Kristus , saat belanja dipasar , jual dipasar , apakah dunia sekitar kita bisa melihat terang Kristus terpancar lewat hidup kita ! Sebab Tuhan tidak mengatakan kamu adalah terang dalam Gereja , tetapi Tuhan mengatakan kamu adalah terang dunia !disekolah , disawah , ditempat kerja dimana saja kita berada

2.   Terang adalah pembimbing orang ,  terang merupakan
 pembimbing perahu –perahu yang ada ditengah laut untuk bisa melihat pantai dan di teluk-teluk di malam hari , lampu berderet-deret menjadi petunjuk arah kapal ditengah laut , bagi penduduk dikota terang merupakan petunjuk arah jalan pulang kerumah , betapa menyulitkan saat lampu mati kita ada dijalan , demikian pula saat kita ada dirumah betapa menyulitkan saat lampu mati kita bisa menabrak kesana kemari .

Kekristenan adalah menjadi pembimbing orang atau sebagai inisiator , dalam melangkah hidup dalam kebenaran , perbuatan dan tindakan yang baik , menjadi inisiator bagi kota , dalam penghijauan , peduli kasih kepada mereka yang kurang beruntung .

Dalam dunia ini banyak orang hanya bisa berbicara saja! Tetapi tidak memiliki kekuatan moral untuk mengalahkan EGO nya dan melangkah hidup jadi berkat , baik saat ada bencana , kecelakaan dan membela orang miskin dalam keterbatasannya . Orang Kristen dituntut bisa menjadi contoh melangkah , bertindak mendorong orang lain melakukan hal yang sama , sehingga hidup orang Kristen menjadi jalan kebenaran dan kehidupan bagi orang dunia secara umum ! 

3.4  Terang memberi peringatan dini agar kita berhenti karena didepan ada bahaya, 

Seperti kapal yang tidak tahu didepan ada batu karang . Sebagai orang Kristen kita diberi tugas untuk memberi peringatan dini kepada orang yang berjalan salah yang bisa mencelakakan dan membinasakan hidupnya , baik itu jalan yang dilakukan anak muda atau orang tua yang bisa membahayakan hidupnya , memang hal ini tidak mudah atau sulit karena bisa tidak disukai orang tersebut , tetapi itu lebih baik dari pada darahnya tertanggung atas hidup kita kalau kita tidak memberi peringatan ! (Yehezkiel 3 : 18)

          Sering orang Kristen untuk tidak melakukan hal tersebut dengan argumen , menjaga perasaan , nanti ndak tersinggung dlsbnya , Mereka lupa ini kehendak , perintah Tuhan apa tidak sungkan dengan Tuhan lebih sungkan kepada manusia ? 

          Seorang Kristen bisa berfungsi menjadi GARAM dan TERANG dunia karena sesungguhnya POTENSI Garam dan Terang yang merupakan refleksi KEHIDUPAN KRISTUS kalau ;

•   Menjadikan YESUS sebagai TUAN ( Raja ) dalam hidup kita .
•   Kalau KEBENARAN Firman Tuhan diijinkan mengubahkan hidup kita ( pola pikir duniawi menjadi surgawi , cara pandang duniawi menjadi surgawi )

•   HIDUP BARU dalam Kristus Yesus membuat kita bisa memunculkan potensi Garam dan terang kepada n . 

3.5     PENGERTIAN ETIKA DAN ETIKA KRISTEN
            Etika kristen adalah etika yang tumbuh atas dasar iman Kristen. Dalam iman Kristen disadari bahwa Allah hakekatnya cinta kasih, cinta kasih Allah berwujud dalam banyak hal, khususnya diwujudkan dalam Kristus. Sebaliknya respon kasih pihak manusia kepada Allah itulah yang dinamakan iman Kristen. Etika Kristen bertumbuh dalam suatu kebebasan,hubungan cinta kasih dan pengharapan. Etika Kristen bukanlah suatu yang sudah baku membeku semacam resep mentah, tapi etika Kristen terbuka menyingkapi hal-hal yang baru. Karena itu selain iman maka situasi dan konteks yang dihadapi juga menjadi pertimbangan dalam menentukan sikap etis Kristen. Norma dasar dalam etika Kristen antara lain Iman [Roma 12;3], kasih [Mat 22;37], sabar [Ams 14;29], murah hati [Mat 5;2-5], tidak cemburu [Ayub 5;2], rendah hati [Luk 18;14], tidak sombong [Yes 2;11,17], sopan [Roma 13;13], tidak mencari keuntungan sendiri [1 Kor 10;24], tidak pemarah [Kol 3;8], tidak menyimpan kesalahan [Mat 5;23.24], adil [1 Tim 6;11], toleran dan saling menghormati.

3.6     GARAM dan TERANG DUNIA
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah tempayan, melainkan di atas kaki pelita sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat 5:13-16).
Yesus tidak mengatakan, “Jadilah kamu garam dunia.”  Ayat-ayat padanannya terdapat juga dalam Luk 14:34 dsj. dan juga dalam Mrk 9:50. Arti umum dari ayat ini adalah bahwa fungsi para murid adalah serupa dengan fungsi-fungsi garam.
          Dari berbagai tulisan Perjanjian Lama kelihatan bahwa dalam kehidupan orang Yahudi, garam digunakan dengan pelbagai cara guna mencapai banyak tujuan:

 1. Garam adalah kebutuhan dasar manusia. “Kebutuhan pokok untuk hidup manusia ialah: air, api, besi dan garam, terigu dan serta madu, air anggur, minyak dan pakaian.” (Sir 39:26)

2. Sebagai bumbu penyedap (seasoning) agar makanan menjadi lebih enak rasanya. “Dapatkah makanan tawar dimakan tanpa garam atau apakah putih telur ada rasanya?” (Ayb 6:6)

3. Garam merupakan sebuah bagian penting dalam korban persembahan.
  • “Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allah-mu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam (Im 2:13). 
  • “Engkau harus membawanya ke hadapan TUHAN dan imam-imam harus menaburkan garam ke atasnya dan mempersembahkannya sebagai korban bakaran bagi TUHAN” (Yeh 43:24).
4. Elisa menggunakan garam untuk memurnikan mata air di Yerikho (2Raj 2:19-22). 

5. Abimelekh menaburi kota Menara-Sikhem dengan garam  untuk mendatangkan kutuk agar tanah gersang dan juga kutuk atas kota – setelah membunuh orang-orang (Hak 9:45; bdk Ul 29:22-23; Yer 17:6; Zef 2:9).  

6. Garam sebagai tanda persahabatan permanen: perjanjian garam.  
  • “Segala persembahan khusus, yakni persembahan kudus yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN, Aku berikan kepadamu dan kepada anak-anakmu laki-laki dan perempuan bersama-sama dengan engkau; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya; itu suatu perjanjian garam untuk selama-lamanya di hadapan TUHAN bagimu serta bagi keturunanmu” (Bil 18:19). 
  • Ketika Raja Abia dari Yehuda berperang dengan Yerobeam, dia berseru di atas gunung Zemaraim: “Dengarlah kepadaku, Yerobeam dan seluruh Israel! Tidakkah kamu tahu, bahwa TUHAN Allah Israel telah memberikan kuasa kerajaan atas Israel kepada Daud dan anak-anaknya untuk selama-lamanya dengan suatu perjanjian garam?” (2Taw 13:5).  
 7. Garam memiliki kualitas untuk menyembuhkan dan membersihkan.  
  • “Berkatalah penduduk kota itu kepada Elisa: ‘Cobalah lihat! Letaknya kota ini baik, seperti tuanku lihat, tetapi airnya tidak baik dan di negeri ini sering ada keguguran bayi.’ Jawabnya: ‘Ambillah sebuah pinggan baru bagiku dan taruhlah garam ke dalamnya.’ Maka mereka membawa pinggan itu kepadanya. Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi.’ Demikianlah air itu menjadi sehat sampai hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa” (2Raj 2:19-22). 
  • “Kelahiranmu begini: Waktu engkau dilahirkan, pusatmu tidak dipotong dan engkau tidak dibasuh dengan air supaya bersih; juga dengan garampun engkau tidak digosok atau dibedungi dengan lampin” (Yeh 16:4).
 8.  Garam merupakan sebuah gambaran penghakiman.
          Dalam Kej 19:26 istri Lot dihakimi Allah; dia menjadi tiang garam karena tidak taat pada perintah Allah agar tidak menoleh ke belakang. 
Juga dapat dikatakan bahwa garam adalah bahan pengawet. Garam mengawetkan bahan makanan supaya tidak cepat busuk, misalnya dilaburi pada daging agar tidak cepat rusak (Ingat sayur asin, ikan asin dll.). Di tempat-tempat yang beriklim panas tanpa lemari pendingin, garam masih digunakan seperti ini. 
Orang-orang Semit kuno malah menggunakan garam sebagai pupuk. Dengan demikian ungkapan ‘garam bumi’ cukup alamiah -artinya wajar- apalagi kalau kita memperhatikan  sebuah ayat Injil tentang garam yang sudah menjadi tawar: “Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja.” (Luk 14:35)
Dalam Mat 5:13 soal garam sebagai ‘pupuk’ sudah tidak muncul, sehingga ayat ini sudah kehilangan hubungannya dengan bidang agro. Metafora yang dikemukakan dalam Injil Matius mengacu secara lebih langsung pada realitas para murid; dengan demikian kata bumi menjadi sejajar dengan kata dunia (lihat 5:14), jadi ‘bumi’ bukan lagi berarti tanah yang dapat digarap untuk pertanian, tetapi berarti ‘kemanusiaan yang universal’.
Garam itu bersifat merasuk (penetrating), meresap. Oleh karena itu garam baik untuk menjadi bumbu penyedab dan bahan pengawet seperti diterangkan tadi.
“Kamu adalah garam dunia” (Mat 5:13). Hal ini berarti, bahwa para murid Yesus (siapa pun dia) memainkan peranan penting dalam kemanusiaan. Seperti telah dikatakan tadi bumi bukan lagi diartikan sebagai ‘tanah untuk pertanian’ tetapi kemanusiaan yang bersifat universal.
“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi” (Mat 5:14). Dalam Injil Yohanes, Yesus berkata: “Akulah terang dunia; siapa saja yang mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang kehidupan” (Yoh 8:12). Kemudian Yesus bersabda: “Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia”(Yoh 9:5). Sekarang dalam Mat 5:14 ini, kita disamakan dengan sang Guru sendiri – artinya para murid juga adalah terang dunia. Ini merupakan pujian paling besar yang diberikan kepada orang kristiani secara pribadi. Betapa tidak? Ketika Yesus menggunakan kata-kata ini, sebenarnya Dia menggunakan sebuah ungkapan yang cukup familiar bagi orang-orang Yahudi yang mendengar kata-kata itu. Orang-orang Yahudi sendiri berbicara tentang Yerusalem sebagai ‘terang bagi orang-orang kafir’ dan seorang Rabi yang terkenal seringkali dipanggil/dijuluki ‘pelita Israel’. Satu hal yang sangat diyakini oleh orang Yahudi, yaitu bahwa terang yang bersinar dari bangsa mereka atau dari seorang hamba Allah (man of God) adalah ‘terang yang dipinjami’. Pinjam dari siapa? Dari Allah. Yerusalem memang ‘terang bagi orang-orang kafir’, tetapi Allah-lah yang menyalakan pelita Israel itu. Demikian pula dengan kita orang-orang Kristiani. Terang kita adalah pencerminan terang Kristus sendiri (dengan demikian syaratnya adalah pemuridan yang baik). Sinar yang memancar dari orang-orang Kristiani datang dari kehadiran Kristus (Roh Kudus/Roh Kristus) dalam diri/hati orang-orang itu.

3.7     ETIKA KRISTEN sebagai GARAM dan TERANG DUNIA
          Kehadiran murid-murid Kristus di atas bumi adalah untuk menjaga agar masyarakat manusia ini jangan sampai runtuh secara total. Pada saat kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya nanti (parousia), dunia kita yang penuh dengan kedosaan ini akan berantakan, baik dilihat dari sudut moral, spiritual dan politik ( 2Tes 2:5-12). Sekarang umat beriman harus menjalani kehidupan yang utuh, kehidupan yang bersih …… di dalam dunia yang begitu korup. Jadi, kalau Yesus mengatakan kepada para murid-Nya, “Kamu adalah garam dunia”, maka yang Ia maksudkan di sini adalah, bahwa para murid harus menghentikan/meng-counter proses pembusukan dunia ini. Dengan apa? ….. Dengan Injil, yakni Kabar Baik Tuhan kita Yesus Kristus. Satu-satunya harapan yang akan menyelamatkan manusia adalah Yesus Kristus, lewat Injil-Nya. Lihat sabda Yesus di awal karya-Nya dalam masyarakat seperti tercatat dalam Injil Markus: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:15).
Garam itu mempunyai sifat merasuk. Secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit tetapi pasti, garam merasuki – menyerap ke dalam –  bahan seperti daging, ikan atau sayur yang telah diolesi atau dilabur dengan garam itu. Demikian pula Gereja harus merasuki, menyerap ke tengah-tengah dunia, ke mana-mana menyebarkan Kabar Baik Tuhan kita Yesus Kristus. Apabila Gereja (artinya kita-kita ini) berhenti memberitakan Kabar Baik itu, maka Gereja berhenti berfungsi sebagai ‘garam dunia’. Ingatlah apa yang dikatakan oleh Paus Paulus VI: “Gereja ada untuk mewartakan Injil” (Evangelii Nuntiandi, 14).
Garam itu digunakan juga sebagai bumbu penyedap (seasoning). Kita semua para murid Kristus berfungsi sebagai bumbu penyedap bagi dunia yang sedang mau mati ini. Mengapa? Karena dunia sekarang memang sedang dilanda oleh budaya kematian, budaya maut. Lihat saja acara-acara dan berita-berita di TV dan berita media masa lainnya. Bagaimana caranya kita menjadi bumbu penyedapdalam masyarakat? Dengan membawa pesan yang berisikan harapan. Sungguh dunia ini akan hambar tanpa-rasa dan tanpa-harapan apabila tidak ada yang menggaraminya. Lewat bicara dan hidup kita, kita perkenalkan, kita tanamkan peradaban cinta kasih, sesuai juga dengan anjuran Paus  Yohanes Paulus II. Sungguh bukan omong kosong. Bayangkan sebuah acara, pesta dsb. kalau tidak dihadiri oleh orang yang suka humor, ‘penuh sukacita’ yang akan membuat pesta menjadi ‘hidup’, yang menjiwai pesta itu. Satu persatu orang akan meninggalkan acara itu, karena membosankan.
Sebagai garam, kita para murid Kristus, juga harus membawa angin segar, angin pembaharuan, rasa cinta akan kehidupan dalam apa saja yang kita lakukan dan setiap saat kita bertemu dengan sesama kita. Dalam dunia yang menderita karena penuh kebosanan, keterasingan (alienasi), ketakutan dll., para murid Kristus harus membawa ke tengah-tengah saudara-saudari kita dalam masyarakat, semangat hidup, entusiasme yang penuh, sukacita, kepercayaan akan sesuatu yang baik. Sebagai ‘garam’, seorang murid Kristus tidak bersikap masa bodoh atas pelbagai masalah yang dihadapi oleh sesamanya. Sebaliknya, sebagai ‘garam’ seorang murid Kristus adalah pembawa Kabar Baik. Apapun masalah yang dihadapi “….. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Rm 8:28). Mengapa? Karena kita berada di tangan Allah, maka kita semua diciptakan dari cinta kasih-Nya, dengan demikian kita terus-menerus dikelilingi dan ditopang oleh cinta-Nya yang kreatif.
 “Jika garam itu menjadi tawar ……” (Mat 5:13). Garam memang dapat menjadi tawar. Apabila garam dibiarkan kena exposed pada atmosfir, cepat atau lambat garam itu akan kehilangan rasa asinnya. Mula-mula kelembaban memasukinya dan kemudian merusaknya. Kalau dicampur dengan air yang cukup banyak, maka garam pun dapat kehilangan rasa asinnya. Garam juga dipakai oleh orang-orang Semit kuno – yang sampai sekarang kadang-kadang masih dilakukan oleh tukang roti Arab – untuk melaburi dasar dari oven: untuk mendorong pembakaran dari bahan bakar yang kurang baik, seperti kotoran unta yang telah dikeringkan. Setelah kurang lebih 15 tahun, daya garam itu sebagai katalisator habislah dan garam itu pun dibuang (Kata Semit untuk oven adalah arca yang juga mempunyai arti ‘bumi’. Maka itu ketika Yesus mengatakan: “Kamu adalah garam bumi”; bisa saja orang menerjemahkannya “Kamu adalah garam oven”; tetapi seperti dikatakan tadi, bahwa ayat ini berpadanan dengan ayat tentang ‘terang dunia’, maka ‘garam oven’ menjadi tidak relevan. ‘Garam yang sudah kehilangan rasa’ itu menjadi sekedar bahan-bahan sisa di bumi dengan sedikit rasa (ada rasa, tapi sedikit saja), karena sodium khlorida-nya sudah tidak ada. Oleh karena itu ada ungkapan orang Persia: “Tidak benar terhadap garam” yang artinya adalah tidak setia, tidak tahu berterima kasih.
Apa bahayanya kalau para murid Kristus kehilangan rasa? Dari luar kelihatan seperti orang beriman, berbicara seperti orang beriman, akan tetapi di dalam mereka sudah mati secara rohani: membusuk dari dalam! Sebagai garam, seorang murid Kristus harus mempunyai garam dalam dirinya. Bagaimana orang dapat kehilangan rasa asinnya itu? Karena dibiarkan kena exposed pada atmosfir yang salah. Kebanyakan exposure dan kompromi dengan dunia menghancurkan ‘rasa’ seorang murid Kristus. Kebanyakan kompromi dengan dunia membuat seorang murid Kristus tidak ada bedanya dengan orang-orang lain dalam dunia. Murid Kristus menjadi sombong, mencari keuntungan diri sendiri, pemarah dan cemburu. Dia tidak lagi menjadi ‘tanda lawan’ bagi masyarakat di sekitarnya; dia tidak lagi mampu memenuhi fungsinya dalam dunia, artinya tidak akan mampu untuk mengubah atau mentransformasikan dunia. Dalam ayat ini Yesus mengingatkan para murid: (1) untuk tidak mengkompromikan iman-kepercayaan mereka, (2) untuk tidak melakukan dilusi (campur-aduk) kebenaran dengan ketidak-benaran seperti yang dilakukan oleh mereka yang menganut paham liberalisme dalam penghayatan iman kristiani mereka, (3) untuk tidak mengkompromikan perilaku mereka dengan dunia. Karena kalau para murid Kristus mulai melakukan segala macam kompromi ini, maka proses pembusukan akan mulai menjangkiti diri mereka masing-masing.
“Dibuang dan diinjak orang” (Mat 5:13). Ada unsur parabolis dalam teks ini, yang tidak perlu diterapkan secara harfiah pada ‘nasib akhir’ seorang murid Yesus. Ungkapan ‘dibuang’ mempunyai arti ganda. Lihat Mat 13:48 “Perumpamaan tentang jala besar’ dimana diceritakan bahwa ikan yang tidak baik itu dibuang. Lihat juga nas-nas dalam Mat yang berkaitan dengan hukuman kekal. Dengan kekecualian Mat 8:12, semua nas termaksud berbicara mengenai umat manusia berdosa pada umumnya (Mat 13:42). Yang lebih sering adalah mengenai murid-murid Kristus yang tidak setia (Mat 7:19; 13:48,50; 18:8,9; 22:13). Sebenarnya Yesus memperingatkan para murid-Nya untuk tidak menghianati panggilan mereka sebagai ‘pengawet’ dan ‘bumbu penyedap’, artinya sebagai orang-orang yang memberikan orientasi kepada dunia.
Terang pertama-tama dan terutama dimaksudkan untuk dapat dilihat.Sebenarnya tidak ada kemuridan yang bersifat rahasia, karena kerahasiaan dapat menghancurkan kemuridan itu atau kemuridan itu menghancurkan kerahasiaan itu. Kekristenan/ Kristianitas seseorang harus secara sempurna kelihatan oleh semua orang. Kemudian, kekristenan ini tidak boleh hanya kelihatan di dalam ruang lingkup Gereja, karena kalau demikian halnya tidak banyak gunanya bagi siapa pun. Kekristenan bahkan harus lebih kelihatan pada kegiatan-kegiatan seseorang dalam tata-dunia. Kekristenan kita haruslah kelihatan pada waktu kita berbicara dengan pegawai rendahan kita, pada waktu kita memesan makanan dan minuman dalam restoran, pada waktu kita berbelanja, dalam hal bahasa yang kita gunakan sehari-hari, dalam hal buku-buku yang kita baca dan lain sebagainya. Seorang Kristiani adalah Kristen di pabrik, di kantor, di ruang sekolah, di dalam ruang bedah, di bengkel, di dapur, di lapangan golf, seperti juga di gereja. Yesus tidak mengatakan “Engkau adalah terang gereja”, tetapi “Engkau adalah terang dunia”. Dan dalam kehidupan seseorang di dunia, kekristenannya harus jelas kelihatan kepada semua orang.
Terang adalah pemandu. Seorang kristiani harus menjadi panutan. Salah satu hal yang diperlukan dunia ini adalah orang yang siap untuk menjadi pusat kebaikan: pemimpin yang baik. Ada banyak orang di dunia yang tidak memiliki kekuatan moral dan keberanian untuk memegang prinsip tertentu kalau tidak ada yang memimpin mereka. Apabila ada seseorang yang cukup kuat untuk dapat diandalkan, maka mereka pun akan melakukan hal yang benar. Adalah tugas orang kristiani untuk menjadi terang yang membimbing orang-orang yang lemah dan kurang berani.
Terang seringkali dapat menjadi ‘terang tanda peringatan’. Peringatan macam apa? Peringatan untuk stop kalau ada bahaya di depan. Kadang-kadang tugas orang kristianilah untuk memperingatkan orang-orang. Suatu tugas yang sulit.
Orang Kristiani adalah terang yang dapat dilihat, terang yang memimpin dan terang yang menjadi tanda peringatan.
“Orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah” (Mat 5:15). Perumpamaan tentang pelita yang diletakkan di atas kaki dian juga dapat dibaca dalam Luk 11:33; Mrk 4:21 dan Luk 8:16. Mungkin sekali konstek asli adalah upaya para lawan Yesus untuk mencegah Dia – “sang Terang”, untuk memberitakan Kabar Baik. Tetapi pelita telah dinyalakan dan terang itu bercahaya, bukan untuk ditutupi kembali, tetapi untuk memberi terang kepada semua pihak. Ketiga penulis Injil menggunakan perumpamaan ini untuk konteks yang berbeda-beda.
Injil Matius telah mengkombinasikan perumpamaan tentang pelita ini (Mat 5:15) dengan ‘kota yang terletak di atas gunung (bukit)’ (Mat 5:14b). Mat 5:14b tidak mempunyai paralel dalam Injil sinoptik yang lain, tetapi ada ucapan Yesus yang yang mendekati dalam Oxyrhynchus Papyrus 1:7 = Injil Tomas 32 à Yesus berkata: sebuah kota yang terletak di atas sebuah bukit yang tinggi dan atas sebuah fondasi yang kokoh, tidak dapat direndahkan atau disembunyikan (Hendrickx, hal. 41). Dalam Injil Matius mau dikatakan bahwa ‘terang tidak dapat menjadi bukan terang’, tetapi kekuatannya untuk menerangi dapat diambil dengan menaruh pelita itu di bawah gantang, dengan demikian rumah itu tidak dapat diterangi. Akan tetapi kalau gantang itu dibalik dan dijadikan sebagai kaki dian, maka terang itu dapat berfungsi lagi dalam rumah sederhana orang-orang di Palestina di kala itu yang cuma mempunyai satu ruangan.
          Terang seperti ini tidak bisa untuk tidak kelihatan, seperti juga sebuah kota yang terletak di atas bukit (Mat 5:14b) tidak bisa untuk tidak kelihatan.
Orang-orang Eseni di Qumran menamakan diri mereka ‘anak-anak terang’, tetapi mereka hidup suci-suci sendiri dalam gua-gua; tidak bedanya dengan pelita yang ditutup dengan gantang. Sebaliknya, para murid Kristus harus membawa terang ke tengah-tengah dunia. Mereka harus menggenapi nubuat Hamba Yahwe yang harus membawa terang ke dunia kepada bangsa-bangsa (Yes 42:6; 49:6). Bagaimana Yesus bisa mengatakan ini dan mengapa penulis Injil Matius mencatatnya, apalagi dia sudah tahu bahwa Yesus adalah penggenapan nubuat itu? Karena bagi penulis Injil Matius, Yesus Kristus dan Gereja adalah satu tak terpisahkan. Kita harus selalu mengingat, bahwa Gereja adalah Sakramen Kristus ( Lumen Gentium, 1).

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat 5:16).
          Pelita yang harus memberi terang pertama-tama adalah sebuah acuan pada ‘melakukan perbuatan yang baik’ (Mat 5:16). Siapa saja yang menolak atau gagal melakukan perbuatan yang baik adalah seperti seseorang yang menyalakan pelita, tetapi kemudian menyembunyikannya di bawah gantang. Akan tetapi mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, hanya akan menjadi terang apabila mereka melakukannya sedemikian rupa sehingga siapa saja yang melihat mereka akan merasa terpimpin untuk memuliakan Allah Bapa. Hal ini bertentangan sekali dengan sikap dari mereka yang tidak berniat untuk berfungsi sebagai terang dunia, tetapi hanya mau bersih-bersih sendiri atau murni-murni sendiri (lihat contoh orang-orang Eseni di atas). Kemuridan selalu tercermin pada fungsinya, yaitu melayani orang lain, melayani dunia manusia.
Tanpa pelayanan seperti itu tidak ada kemuridan yang sejati.
          Kemuliaan Allah ini dicapai tidak secara langsung, artinya melalui orang-orang, di depan merekalah perbuatan-perbuatan baik itu dilakukan. Ide yang sama dapat ditemukan baik dalam Perjanjian Lama (lihat Yes 45:14-15) maupun Perjanjian Baru (1Tes 4:12). Akan tetapi satu-satunya ayat paralel yang dekat adalah 1Ptr 2:12 à “Milikilah cara hidup yang baik di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai pelaku kejahatan, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.”
          Akan tetapi orang tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan baik agar supaya dapat dilihat oleh orang lain (lihat Mat 6:1, 16-18; 23:5, 28). Para murid harus hati-hati terhadap segala segala lagak-lagu yang sok gaya. Mereka harus setia dan Allah akan mengurus kemuliaan-Nya sendiri. Kalau dipahami sedemikian, maka Mat 5:16 tidak bertentangan dengan Mat 6:1-18. Dua nas tersebut berbicara mengenai dua macam masalah yang berbeda.
          Dalam Mat 5:16 penulis Injil mengingatkan pembaca akan bahayanya kalau terang seseorang itu tersembunyi, sedangkan dalam Mat 6:1-18 penulis Injil berbicara mengenai orang yang mencari kehebatan diri sendiri. Motif-lah yang membuat perbedaan: Kalau terang bercahaya untuk kemuliaan manusia, maka itu berarti soal lagak-lagu yang sok gaya demi kehebatan diri sendiri. Sebaliknya kalau terang bercahaya untuk kemuliaan Bapa surgawi, maka itu adalah kesalehan yang sejati.














BAB IV
KESIMPULAN

Pada zaman ini banyak orang yang terbuang, lelah, jenuh dengan yang namanya agamadan sebenarnya jauh di lubuk hati mereka, mereka muak dengan agama karena para pemimpin agama mereka (bukan tidak cerdas dan pandai dalam berkata-kata) tapi karena punya hidup yang tidak konsisten dan tidak manunggal.  Inilah kebutuhan zaman ini teman-teman: dibutuhkan orang-orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hatinya, segenap kekuatannya dan segenap hidupnya.  Bukan hanya lewat pelayanan dan aktifitas-aktifitas rohani serta Etika Kristen ia tampil saleh tapi dalam seluruh aspek kehidupannya ia benar-benar memancarkan kasih Tuhan itu.   
          Inilah kondisi riil yang melatarbelakangi tuntutan kita sebagai umat Allah untuk menjadi Garam dan Terang dunia. Mengapa ? karena dunia ini telah di penuhi dengan oerang-orang yang hanya pandain menerikan jargon-jargon rohani tanpa aksi-aksi yang konkret. Dan dunia ini di penuhi orang-orang yang punya standar hidup ganda: di pelayanan dan Gereja dia begitu saleh, tapi di bangku kuliah, di rumah orang tuanya dan di tempat kostnya, ia hidup tidak bedanya seperti orang-orang kafir yang tidak tau Etika Kristen yang seharusnya melandasi setiap perbuatannya, dan dapat di simpulkan bahwa dunia seperti ini adalah dunia yang sangat gelap.
          Tapi inilah waktu yang tepat menurut Allah. Mengapa?  Karena dunia seperti ini haus menantikan orang-orang yang benar-benar tulus dan murni di hadapan Allah, serta membutuhkan orang-orang yang harusnya menjadi pelopor Etika Kristen dalan kehidupan kita.



No comments:

Post a Comment

Popular Posts